Dalam olah batin, meditasi menjadi salah satu topik pembicaraan
yang tiada habis-habisnya. Tentu hal tersebut ada sebabnya, sebabnya
tiada lain karena meditasi adalah salah satu usaha proses untuk
meningkatkan pengembangan pribadi seseorang secara total. Tulisan ini
didasari oleh pengalaman pribadi dan pengalaman temen-temen penulis yang
melakukan laku olah batin serta berbagai literatur mengenai meditasi.
Tulisan ini merupakan usaha melengkapi tulisan J. Sujianto yang
berjudul “ Pengembangan Kwalitas Pribadi di Bidang Kebatinan, suatu
Proses Meningkatkan Kreatifitas dan Pengetahuan Dunia Gaib “
Apakah Meditasi ?
Mengusahakan rumus yang pasti mengenai arti meditasi tidaklah mudah,
yang dapat dilakukan adalah memberi gambaran berbagi pengalaman dari
mereka yang melakukan meditasi, berdasarkan pengalaman meditasi dapat
berarti :
1. Melihat ke dalam diri sendiri
2. Mengamati, refleksi kesadaran diri sendiri
3. Melepaskan diri dari pikiran atau perasaan yang berobah-obah,
membebaskan keinginan duniawi sehingga menemui jati dirinya yang murni
atau asli.
Tiga hal tersebut diatas baru awal masuk ke alam meditasi, karena
kelanjutan meditasi mengarah kepada sama sekali tidak lagi mempergunakan
panca indera ( termasuk pikiran dan perasaan ) terutama ke arah murni
mengalami kenyataan yang asli.
Perlu segera dicatat, bahwa pengalaman meditasi akan berbeda dari
orang ke orang yang lain, karena pengalaman dalam bermeditasi banyak
dipengaruhi oleh latar belakang temperamen, watak dan tingkat
perkembangan spiritualnya serta tujuan meditasinya dengan kulit atau
baju kebudayaan orang yang sedang melaksanakan meditasi.
Secara gebyah uyah ( pada umumnya ) orang yang melakukan meditasi
yakin adanya alam lain selain yang dapat dijangkau oleh panca indera
biasa. Oleh karena itu mungkin sekali lebih tepat jika cara-cara
meditasi kita masukkan ke golongan seni dari pada ilmu. Cara dan hasil
meditasi dari banyak pelaku olah batin dari berbagai agama besar maupun
perorangan dari berbagai bangsa, banyak menghasilkan kemiripan-kemiripan
yang hampir-hampir sama, tetapi lebih banyak mengandung perbedaan dari
pribadi ke pribadi orang lain. Oleh karena itu kita
dapat menghakimi hasil temuan orang yang bermeditasi, justru
keabsahan meditasinya tergantung kepada hasilnya, umpamanya orang yang
bersangkutan menjadi lebih bijaksana, lebih merasa dekat dengan Tuhan,
merasa kesabarannya bertambah, mengetahui kesatuan alam dengan dirinya
dan lain-lainnya.
Keadaan hasil yang demikian, sering tidak hanya dirasakan oleh
dirinya sendiri, tetapi juga oleh orang-orang ( masyarakat ) di sekitar
diri orang tersebut karena tingkah-lakunya maupun ucapan-ucapannya serta
pengabdiannya kepada manusia lain yang membutuhkan bantuannya,
mencerminkan hasil meditasinya.
Cara-cara dan akibat bermeditasi.
Cara bermeditasi banyak sekali.
Adapun yang memulai dengan tubuh, arti meditasi dengan tubuh adalah
mempergunakan menyerahkan tubuh ke dalam situasi hening. Lakuknya adalah
dengan mempergunakan pernafasan, untuk mencapai keheningan, kita
menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan teratur. Posisi tubuh
carilah yang paling anda rasakan cocok / rileks, bisa duduk tegak, bisa
berbaring dengan lurus dan rata. Bantuan untuk lebih khusuk jika anada
perlukan, pergunakan wangi-wangian dan atau mantra, musik yang cocok
dengan selera anda, harus ada keyakinan dalam diri anda, bahwa alam
semesta ini terdiri dari energi dan cahaya yang tiada habis-habisnya.
Keyakinan itu anda pergunakan ketika menarik dan mengeluarkan nafas
secara teratur. Ketika menarik nafas sesungguhnya menarik energi dan
cahaya alam semesta yang akan mengharmoni dalam diri anda, tarik nafas
tersebut harus dengan konsentrasi yang kuat. Ketika mengelurkan nafas
dengan teratur juga, tubuh anda sesungguhnya didiamkan untuk beberapa
saat. Jika dilakukan dengan sabar dan tekun serta teratur, manfaatnya
tidak hanya untuk kesehatan tubuh saja tetapi juga ikut menumbuhkan rasa
tenang.
Bermeditasi dengan usaha melihat cahaya alam semesta, yang dilakukan
terus menerus secara teratur, akan dapat menumbuhkan ketenangan jiwa,
karena perasaan-perasaan negatif seperti rasa kuatir atau takut,
keinginan yang keras duniawi, benci dan sejenisnya akan sangat
berkurang, bahkan dapat hilang sama sekali, yang hasil akhirnya tumbuh
ketenangan. Meditasi ini harus juga dilakukan dengan pernafasan yang
teratur.
Kesulitan yang paling berat dalam bermeditasi adalah “ mengendalikan
pikiran dengan pikiran “ artinya anda berusaha “ mengelola “
pikiran-pikiran anda, sampai mencapai keadaan “ Pikiran tidak ada “ dan
anda tidak berpikir lagi, salah satu cara adalah “ mengososngkan pikiran
“ dengan cara menfokuskan pikiran anda kepada suatu cita-cita,
umpamanya cita-cita ingin menolong manusia manusia lain, cita-cita ingin
manunggal dengan Tuhan. Cita-cita ingin berbakti kepada bangsa dan
negara, cita-cita berdasarkan kasih sayang dan sejenis itu menjadi
sumber fokus ketika hendak memasuki meditasi. Secara fisik ada yang
berusaha “ mengosongkan pikiran
“ dengan memfokuskan kepada “ bunyi nafas diri sendiri “ ketika awal
meditasi, atau ada juga yang menfokuskan kepada nyala lilin atau ujung
hidung sendiri.
Jika proses meditasi yang saya lukiskan tersebit diatas dapat anda
lakukan dengan tepat, maka anda dapat menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat dalam pengertian spiritual, yang akibatnya pasti baik untuk
diri anda sendiri, mungkin juga bermanfaat untuk manusia lain
Sesuatu itu jangan dijadikan tujuan meditasi, karena hasil sesuatu itu adalah hasil proses meditasi, bukan tujuan meditasi.
Jika dalm proses tersebut pikiran anda belum dapat anda “ kuasai atau
hilangkan “ janganlah putus asa atau berhenti, tetapi juga memaksakan
diri secara keterlaluan. Pengembangan selanjutnya dari proses meditasi
tersebut, anda sendiri yang akan menemukan dan meneruskannya, karena
berciri sangat pribadi.
Untuk dapt berhasil anda sangat perlu memiliki motivasi yang cukup
pekat dan dalam, sehingga dengan tiada terasa anda akan bisa khusuk
dalam keheningan bermeditasi. Jika menemui sesuatu, apakah itu cahaya
atau suara atau gambaran-gambaran, jangan berhenti, teruskan meditasi
anda. Pengalaman sesudah keadaan demikian, hanya andalah yang dapat
mengetahui dan merasakannya, karena tiada kata kalimat dalam semua bahas
bumi yang dapat menerangkan secara gamblang. Dalam keadaan demikian
anda tidak lagi merasa lapar, mengantuk bahkan tidak mengatahui apa-apa
lagi, kecuali anda tersadar kembali. Biasanya intuisi anda akan lebih
tajam sesudah mengalami proses meditasi yang demikian itu, dan mungkin
pula memperoleh “ pengetahuan “ tentang alam semesta atau lainnya.
Di dalam serat Wulang Reh, karya “kasusastran” Jawa (dalam bentuk
syair) yang ditulis oleh Kanjeng Sunan Paku Buono IV, terdapat juga
ajaran untuk hidup secara asketik, dengan mana usaha menuju
kasampurnaning urip
Pada gulangen ing kalbu ing sasmita amrih lantip aja pijer mangan
nendra kaprawiran den kaesti pesunen sarira nira sudanen dhahar lan
guling (Intinya, orang harus melatih kepekaan hati agar tajam menangkap
gejala dan tanda-tanda. termasuk ajaran tak boleh mengumbar nafsu makan
serta tidur).
SAMADI
Samadi berasal dari kata : Sam artinya besar dan Adi artinya bagus
atau indah. Seseorang yang melakukan samadi adalah seseorang yang
mengambil posisi-patrap untuk meraih budi yang besar, indah dan suci.
Budi suci adalah budi yang diam tanpa nafsu, tanpa keinginan dan
pamrih apapun. Inilah kondisi suwung ( kosong ) tetapi sebenarnya ada
aktifitasdari getaran hidup murni murni sebagai sifat-sifat hidup dari
Tuhan.
Budi suci terlihat seperti cahaya atau sinar yang disebut Nur, Nur
itu adalah hati dari budi. Kesatuan dari budi dan nur secara mistis
disebut curigo manjing warongko atau bersatunya kawula dan Gusti atau
juga biasa digambarkan Bima manunggal dengan Dewa Ruci.
Istilah lainnya ialah Pangrucatan atau Kamukswan, pangrucatan itu
arinya dilepas, apa yang dilepas ? pengaruh dari nafsu . mukswa artinya
dihapus, apa yang dihapus ? pengaruh dari nafsu, oleh karena itu samadi
adalah satu proses dari penyucian budi, budi menjadi nur. Di dalam nur
ini, kawula bisa berkomunikasi dengan Gusti untuk menerima tuntunan
sesuai dengan kedudukannya sebagai kawula.
Praktek Samadi
Waktu bersamadi orang bisa mengambil posisi duduk atau tidur
telentang diatas tempat tidur. Pilihlah tempat yang bersih, tenang dan
aman, bernafaslah dengan santai, pada posisi tidur kaki diluruskan,
kedua tangan diletakkan didada. Dengarkanlah dengan penuh perhatian
suara nafas dengan tenang, menghirup dan mengeluarkan udara melalui
hidung. Ini akan membuat pikiran menjadi tidak aktif. Nikmatilah suara
nafas dengan jalan menutup mata, ini sama seperti kalau memusatkan
pandangan kepada pucuk hidung. Dengan melakukan ini, pikiran
dinetralisir demikian juga angan-angan dan pengaruh panca indera.
Sesudah itu nafsu dinetralisir didalam indera ke enam. Bila berhasil
orang akan berada dalam suwung dan nur mendapatkan tuntunan mistis yang
simbolis.
Manusia.
Manusia dicaptakan oleh Tuhan, manusia adalah makluk yangmempunyai :
1. Badan jasmani – badan kasar.
2. Badan jiwa – badan alus.
3. Badan cahaya – nur atau suksma
Dengan susunan seperti tersebut diatas, diharapkan akan mampu
mengetahui “ Sangkan Paraning Dumadi “ ( makna perjalanan kehidupan )
Memahami Jagad Raya.
Sebelum adanya jagad raya, tidak ada apa-apa kecuali kekosongan dan
suwung. Didalam suwung terdapat sifat-sifat hidup dari Tuhan, jagad raya
adalah suatu Causa prima. Sifat-sifat hidup Tuhan terasa seperti
getaran dan getaran ini terus menerus. Ada tiga elemen yang terdiri dari
:
1. Elemen merah dengan sinar merah, ini panas
2. Elemen biru dengan sinar biru, ini dingin
3. Elemen kuning dengan sinar kuning, ini menakjubkan.
Elemen-elemen ini selalu bergetar. Sebagai hasil dari perpaduan
ketiga elemen tersebut, elemen ke empat lahir dengan warna putih atau
putih keperak-perakan dan inilah yang disebut nur. Nur itu adalah sari
dari jagad raya, ada yang menjadi calon planet, ada yang menjadi badan
budi atau jiwa yaitu badan jiwa dari manusia, ketika nur menjadi sari
dari badan jasmani manusia. Itu artinya didalam jagad raya dan galaksi
akan selalu dilahirkan planet-planet dan bintang-bintang baru. Kondisi
dari planet-planet yang baru dilahirkan bisa berbeda antara yang satu
dengan yang lain, karena tergantung kepada pengaruh dari tiga elemen
tersebut, ada planet yang bisa dihuni dan yang tidak bisa dihuni.
Miyos saking renteging hawa
ambedah anggit prayitnaing pikir
sesumeh bayu ayuning asih
njembari pajar latuning titah
ilang lunganing ngawang
nemoni asrep reseping wening
Ono sanepa kagem pepiling
Wong kang ambudi daya kalawan anglakoni tapa utawa semedi kudu kanthi
kapracayan kang nyukupi apa dene serenging lan kamempengan anggone
nindhakake. Atine kudu santosa temenan supaya wong kang nindhakake
sedyane mau ora nganti kadadeyan entek pengarep-arepe yen kagawa saka
kuciwa dening kahanane badane, wong mau kudu nindakake pambudi dayane
luwih saka wewangening wektu saka katamtuwaning laku kang dikantekake
marang sawiji-wijining mantram lan ajaran ilmu gaib awit gede gedening
kagelan iku ora kaya wong kang gagal enggone nindakake lakune rasa
kuciwa kang mangkono iku nuwuhake prihatin lan getun, nganti andadekake
ciliking ati lan enteking pangarep-arep. Sawise wong mau entek pangarep
arepe lumrahe banjur trima bali bae marang panguripan adat sakene mung
dadi wong lumrah maneh.
Kawruhana wong kang lagi miwiti ngyakinake ilmu gaib sok sok dheweke
iku mesthi nemoni kagagalan kagagalan kang nuwuhake rasa kuciwa.
Sawijining wewarah kang luwih becik tumrap wong kang lagi nglakoni
kasutapan iya iku ati kang teguh santosa aja kesusu-susu lan aja bosenan
ngemungake wong kang anduweni katetepan ati lan santosaning sedya
sumedya ambanjurake ancase iya iku wong kang bakal kasembadan sedyane.
Wong ngyakinake prabawa gaib iku anduweni kekarepan supaya dadi wong
lanang temenan kang diendahake dening wong akeh, iya anaa ing ngendi wae
enggone nyugulake dirine, Amarehe diwedeni ing wong
akeh panguwuhe gawe kekesing wong yen anyentak dadi panggugupake lan
gawe gemeter dirine, ditrisnani ing wong akeh pitembungane digatekake
lan pakartine diluhurake ing wong akeh, iya pancen nyata wong liyane
mesthi tunduk marang sawijining wong kang ahli ilmu.
Wong ahli kasutapan tansah yakin enggone ngumpulake kekuwatan gaib
ing dalem dhirine. Ana paedahe kang migunani banget manawa wong
nindakake pambudi daya kalawan misah dheweke ana ing papan kang sepi
karana tinimune kekuwatan gaib iku sok-sok tinemu dhewekan ana ing
sepen. Wong ahli kasutapan kudu budidaya bisane nglawan marang nepsune
kekarepan umum (kekarepan wong akeh kang campur bawur ngumandang ana ing
swasana), kalawan tumindak mangkono wong ahli kasutapan mau dadi
nduweni pikiran-pikiran kang mardhika, iya pikiran-pikiran kang mangkono
iku kang bisa nekakake kasekten gaib.
Sangsaya akeh kehing kang kena tinides, uga sangsaya gedhe
tumandhoning kekuwatan gaib kang kinumpulake. Kekuwatan gaib iku tansah
makarti tanpa kendhat enggone mujudake sedya lan nganakake kekarepan.
Wong ahli kasutapan kudu anduweni ati kang tetep lan kekarepan kan
dereng, kalawan ora maelu marang anane pakewuh pakewuhe lan
kagagalan-kagagalaning. Kasekten iku kaperang ana rong warna, iya iku
kasekten putih (Witte magie/white magic) utawa kasekten ireng (Zwarte
magie/Black Magic). Awit saka anane perangan mau banjur dadi kanyatan
yen perangan kang sawiji iku becik, dene perangan liyane ala.
Kasekten putih iku satemene ilmu Allah Kang Maha Luhur wis mesthi bae
kapigunakake mligi kanggo kaslametane wong akeh. Dene kasekten ireng
iku ilmu kaprajuritan kang kapigunakake luwih-luwih kanggo nelukake
kalayan paripaksa, sarta bakal anjalari kacilakaning wong liya. Ananing
sakaro karone saka sumber ilmu Allah sarta sakaro karane iku padha
dipigunakake kalawan atas asma Allah. Tinemune ilmu-ilmu kasekten iki
saranane kalawan kekuwataning pikiran pikiran iku manawa kagolongake
meleng sawiji bisa nuwuhake kekuwatan kaya panggendeng kang rosa banget
tumrap marang apa bae kang dipikir lan disedya.
Wong kang nglakonitapa kalawan nindakake laku-laku kang tinemtokake
wis mesthi bae gumolonging pikirane bebarengan padha kumpul dadi siji
sarta katujokake marang apa kang disedya kalawan mangkono iku kekuwatan
daya anarik migunakake sarosaning kekuwatane banjur anarik apa kang
dikarepake. Swasana kang katone kaya dene kothong bae iku satemene ana
drate rupa-rupa kayata : geni murub emas kayu lemah waja, electrieiteit
zunrstof koolzunr sarpaning Zunr lan isih akeh liya-liyane maneh.
Samengko umpamane ban ana sawijining wong kang lagi tapa kalawan duwe
sedya supaya andarbeni daya prabawa kang luwih gedhe sarta anindakake
sakehing kekuwatan pikiran kalawan ditujokake marang sedyane mau nganti
nuwuhake daya prabawa. Kekuwataning daya anarik saka pikiran iku banjur
anarik dzat ing swasana kang pinuju salaras karo daya prabawa mau
kalawan saka sathithik sarta sareh dzat daya prabawa kang ing swasana
iku katarik mlebu ing dalem badane wong kang lagi tapa mau. Kalawan
mangkono dzat “prabawa” iku dadi kumpul ing
dalem badane wong narik dzat iku nganti tumeka wusanane badane wong
ahli tapa, iku bisa metokake daya prabawa kang gedhe daya karosane.
Wong kang andarbeni ilmu kang mangoko iku dadi sawijining wong kang
sakti mandraguna. Tumrap wong-wong kang nglakoni tapa ditetepake
pralambang telu : Diyan, Jubah lan Teken. Diyan minangka pralambanging
pepadhang, tumrap kahanan kang umpetan utawa gaib. Jubah minangka dadi
pralambange katentremaning ati kang sampurna, dene teken minangka dadi
pralambanging kekuwatan gaib.
Ing dalem sasuwene wong nglakoni tapa iku prelu banget kudu migateake
marang sirikane, kayata : wedi, nepsu, sengit, semang-semang lan
drengki. Rasa wedi iku sawijining pangrasa kang luwih saka angel
penyegahe. Menawa isih kadunungan rasa wedi ing dalem atine wong ora
bakal bisa kasambadan apa kang disedyaak. Kalawan “rasa wedi” iku
atining wong dadi ora bisa anduweni budi daya apa-apa.
Sajrone nglakoni tapa utawa salagine ngumpulake kekuwatan gaib,
atining wong iku mesthi kudu tetep tentrem lan ayem sanadyan ana
kadadeyan apa wae. Manawa atine wong iku nganti gugur, kasutapan iya uga
dadi gugur lan kudu lekas wiwit maneh. Gegeman kalawan wadi sakehing
ilmu gaib lkang lagi pinarsudi, luwih becik murih nyataning kasekten
tinimbang karo susumbar kalawan kuwentos kayakenthos.
“Nepsu” iku andadekake tanpa dayane kekuwataning batin.
“Semang-semang” iku andadekake ati kang peteng ora padhang terang.
“Sengit utawa drengki” iku uga dadi mungsuhing kekuwatan gaib. Wong kang
lagi nindakake katamtuwan ing dalem kasutapan kudu kalawan ati kang
sabar anteng lan tetep. Patrapebadan kang kaku lan kagugupan kudu
didohake .
Aja sok singsot
Aja duwe lageyan sok nethek nethek kalawan driji tangan marang meja kursi utawa papan liyane.
Aja ngentrok-entrokake sikil munggah mudhun.
Aja sok anggigit kukuning dariji tangan.
Aja mencap-mencepake lambe.
Aja molahake lidhah lan andhilati lambe.
Aja narithilake kedheping mata.
Ngedohake sakehing saradan utawa bendana kang ora becik, kayata
glegak-glegek molah-molahake sirah, kukur-kukur sirah, ngangkat pundhak
lan liya-liyane sabangsane saradan kabeh.
Satemene perlu banget nyirnakake kekarepan “drengki” luk wit
ngrasaning karep drengki iku banget nindhih marang diri pribadi. Ana
maneh “drengki” iku kaya anggawa sawijining pikulan abot kang tansah
nindhes marang dhiri lan sarupa ana barang atos medhokol kang angganjel
pulung ati. “Drengki lan meri” iku mung anggawa karugiyan bae tumrap
kita, ora ana gunane sathithik -thithika. Salawase wong isih anduweni
pangrasan karep “drengki lan meri” iku ora bakal bisa tumeka kamajuwane
tumrap dunya prabawaning gaib.
Ora mung tumindak bae tumrap sawijining wong bae bisa maluyakake wong
liya kalawan kekuwatan gaib nanging uga tumindak tumrap sawijining wong
maluyakake dhiri pribadi kalawan kekuwatan iku. Bisane maluyakake
larane wong liya, mesthine kudu ngirima kekuwatan waluya marang
sajroning badane wong kang lara. Manawa wong gelem naliti yen wong iku
bisa ngumpulake kekuwatan gaib ing dalem badane dhewe lan ngetokake
sabageyan kekuwatan gaib kawenehake marang wong liyane mestheni uwong
bisa ngreti yen arep migunakake kekuwatan iku nganggo paedahe dhiri
dhewe uga luwih gampang.
Supaya bisa nindhakake pamaluya marang dhirine dhewe kalawan sampurna
wong ngesthi kudu mahamake cara-carane maluyakake panyakit. Iya iku
cara-cara kang katindakake kanggo maluyakake wong liya lan wusanane
ambudidaya supaya bisa migunakake obah-obahan iku marang awake dhewe.
Kawitane wong kudu nindakake patrape mangreh napas, kanggo negahake
asabat. Dene carane ngatur napas iku kaprathelakake kalayan ringkes kaya
ing ngisor iki :
Madika panggonan kang sepi.
Lungguha ing sawijining palinggihan kang endhek lan kepenak, sikil karo pisan tumapak ing lemah.
Badan kajejegake lan janggute diajokake.
Benik-beniking klambi kang kemancing padha kauculan, sabuk uga
diuculi supaya sandangan dadi longgar lan kepenak kanggo tumindhak ing
napas.
Pikiran katarik mlebu, supaya luwar saka sakehing geteran pikiran kaya saka ing jaba.
Sakehing urat-urat kakendokake.
Banjur narika napas kalawan alon lan nganti jero banget tahanen napas
iku sawatara sekon/detik (kira-kira 6 detik) lan wusanane wetokna napas
iku kalawan sareh.
Anujokna gumolonging pikiran kalawan ngetut marang napas kang mlebu
metu iku kalawan giliran. Cara nindakake napas kaya ing ngisor iki :
Narik napas kalawan alon lan nganti jero ing sabisane, nganti dhadha mekar lan weteng dadi nglempet.
Nahan napas iku kira-kira nem saat utawa luwih suwe ing dalem
paru-paru dhadhane cikben lestari mekare, lan wetenge cikben
lestaringlempetake kalawan mangkono iku gurung dalaning napas tansah
tetep menga.
Ambuangna napas kalawan alon nganti entek babar pisan nganti dhadha dadi kempes, lan weteng dadi mekar.
Banjurna marambah-rambah matrapake mangkono iku suwene kira-kira saka
lima tumeka limolas menit utawa luwih suwe nganti bisa nemoni pangrasa
anteng lan tentrem ing sajroning badan.
Carane matrapake kasebut ing dhuwur iku sawijining cara kanggo
napakake napas, iki kena lan kudu ditindakake saben dina telung
rambahan, dening sapa bae kang nglakoni tapa supaya oleh ilmu gaib. Daya
kang luwih bagus iya iku miwiti makarti miturut pituduhan. Aja weya
nindakake patrap kanggo napakake napas iku.
Cara matrapake tumindaking napas iku kena uga ditindakake kalayan
leyeh-leyeh mlumah : ngendokake sakabehing urat-urat nyelehake tangan
karo pisan sadhuwuring weteng lan nindakake lakuning napas miturut
aturan. Daya ngisekake Prana Ngadeg kalawan jejeg sikil karo pisan
kapepetake dadi siji lan driji -drijining tangan karo pisan dirangkep
dadi siji kalawan longgar.
Banjur matrapa lakuning napas sawatara rambahan miturut aturan. Gawe
segering utek lungguha kalawan jejeg lan nyelehna tangan karo pisan ing
sandhuwuring pupu kiwa tengen: mripat mandheng marang arah ing ngarep
kalawan tetep: sikil karo pisan tumadak ing lemah. Kalawan jempol tangan
tengen anutup lenging grana sisih tengen lan anarika napas liwat
lenging grana sisih kiwa, wusana nglepasake jempol iku banjur ambuwang
napas lan nutupa lenging grana kiwa kalawan driji narika napas liwat
lenging grana tengen, lepasna driji panutup iku lan ambuwanga napas.
Mangkono sabanjure kalawan genti-genten kiwa lan tengen.